
Pernah nggak sih kamu lagi jalan-jalan di mall, tiba-tiba melihat sepatu yang kamu incar sejak lama lagi diskon besar-besaran? Awalnya kamu nggak ada niat beli, tapi begitu lihat angka diskon yang bikin mata berbinar, dompet langsung terasa gatal untuk dikeluarkan. Nah, itu dia contoh nyata bagaimana hukum permintaan bekerja dalam kehidupan sehari-hari.
Harga Turun – Permintaan Naik, Harga Naik – Permintaan Turun
Dalam dunia ekonomi, hukum permintaan adalah konsep yang cukup sederhana – semakin murah suatu barang, semakin banyak orang yang ingin membelinya. Sebaliknya, kalau harga naik, permintaan cenderung menurun karena orang jadi mikir dua kali sebelum membeli.

Bayangkan kalau harga boba favoritmu tiba-tiba naik tiga kali lipat. Pasti kamu bakal berpikir ulang, kan? Mungkin yang biasanya beli setiap hari, sekarang jadi seminggu sekali, atau malah mulai beralih ke teh manis di warteg langganan. Tapi kalau harga boba tiba-tiba turun setengah harga, besar kemungkinan kamu bakal beli lebih sering atau bahkan ngajak teman buat ikut borong.
Inilah prinsip dasar hukum permintaan – harga mempengaruhi jumlah permintaan konsumen.
Meskipun harga adalah faktor utama dalam hukum permintaan, ada juga beberapa faktor lain yang bisa mengubah seberapa besar minat seseorang terhadap suatu barang atau jasa. Salah satunya adalah tren. Coba ingat-ingat waktu es kepal Milo sempat viral beberapa tahun lalu. Meski harganya lumayan, orang rela antre panjang hanya untuk mencicipinya.
Selain tren, pendapatan juga berpengaruh. Kalau kamu tiba-tiba dapat bonus besar atau naik gaji, pasti kamu bakal lebih leluasa untuk membeli barang yang sebelumnya kamu anggap mahal. Sebaliknya, kalau keuangan sedang seret, meskipun harga barang turun, kamu tetap harus pikir-pikir sebelum membelanjakan uangmu.
Faktor lain yang nggak kalah penting adalah preferensi. Contohnya, meskipun harga daging sapi lebih murah dibanding daging ayam di suatu daerah, orang yang lebih suka ayam tetap akan memilih ayam. Ini menunjukkan bahwa permintaan tidak selalu mutlak bergantung pada harga saja, tetapi juga pada selera dan kebiasaan konsumsi.
Permintaan yang Elastis vs. Permintaan yang Tidak Elastis
Nah, dalam hukum permintaan, ada juga istilah elastisitas permintaan. Ini adalah cara untuk melihat seberapa sensitif permintaan suatu barang terhadap perubahan harga.
Kalau suatu barang permintaannya elastis, artinya perubahan harga akan sangat mempengaruhi jumlah barang yang dibeli. Contohnya adalah produk-produk yang punya banyak alternatif, seperti kopi kekinian. Kalau satu brand kopi menaikkan harga, orang bisa dengan mudah pindah ke brand lain yang lebih murah.
Sebaliknya, kalau permintaannya tidak elastis, meskipun harga naik, permintaan tetap tinggi. Contohnya adalah barang kebutuhan pokok seperti beras, garam, atau listrik. Mau harganya naik setinggi apapun, orang tetap butuh dan tetap akan membelinya.
Jadi, nggak semua barang langsung kehilangan pembeli saat harganya naik. Barang yang sifatnya kebutuhan dasar atau tidak memiliki banyak pengganti cenderung tetap dicari meskipun harganya melambung.
Hukum Permintaan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sekarang coba pikirkan, kapan terakhir kali kamu memutuskan untuk membeli sesuatu karena harga turun? Atau sebaliknya, kapan kamu batal membeli sesuatu karena harga terlalu mahal? Hukum permintaan ini bukan sekadar teori ekonomi di buku, tapi benar-benar ada di setiap keputusan belanja yang kita buat.
Contohnya, saat ada momen Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) atau Black Friday, orang jadi lebih terdorong untuk belanja karena harga banyak produk turun drastis. Para penjual tahu betul bahwa kalau harga diturunkan, permintaan akan naik dan produk mereka akan lebih laris.
Sebaliknya, coba lihat saat harga tiket pesawat naik mendadak. Orang yang tadinya ingin liburan jadi berpikir ulang dan mungkin menunda perjalanan. Di sinilah hukum permintaan berperan – semakin mahal harga barang atau jasa, semakin kecil jumlah orang yang berminat untuk membelinya.
Bagaimana Produsen Memanfaatkan Hukum Permintaan?
Kalau kamu perhatikan, banyak strategi bisnis yang memanfaatkan hukum permintaan agar bisa menarik lebih banyak pelanggan. Salah satunya adalah strategi diskon dan promo. Pernah lihat promo Beli 1 Gratis 1, Flash Sale 12.12, atau Cashback 50%? Itu semua cara untuk menurunkan harga sementara supaya permintaan meningkat.
Selain itu, ada juga teknik harga psikologis. Contohnya, daripada mencantumkan harga Rp 100.000, produsen lebih memilih menulis Rp 99.900. Kenapa? Karena angka yang terlihat lebih rendah bisa mempengaruhi psikologi pembeli dan membuat mereka lebih tertarik untuk membeli.
Bahkan, beberapa brand kelas atas sengaja tidak menurunkan harga karena ingin menjaga eksklusivitas produknya. Ini dilakukan agar permintaan tetap datang dari segmen pasar tertentu yang menghargai nilai premium suatu barang. Jadi, hukum permintaan ini bisa dimainkan dengan berbagai strategi tergantung tujuan bisnis yang ingin dicapai.
Ketika Hukum Permintaan Tidak Berlaku
Meskipun hukum permintaan berlaku secara umum, ada beberapa situasi di mana hukum ini justru berbalik arah. Misalnya, pada barang-barang mewah seperti mobil sport atau tas branded. Di kategori ini, semakin tinggi harga suatu barang, justru semakin banyak orang yang tertarik untuk membelinya karena dianggap sebagai simbol status sosial.
Ada juga fenomena yang disebut barang Giffen, yaitu barang kebutuhan pokok yang justru semakin banyak dibeli ketika harga naik, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Ini karena ketika harga barang kebutuhan pokok naik, orang malah mengalokasikan lebih banyak uang untuk membelinya dan mengurangi konsumsi barang lain yang lebih mahal.
Hukum Permintaan Adalah Bagian dari Kehidupan Kita
Hukum permintaan bukan sekadar konsep ekonomi yang hanya bisa dipahami oleh para ekonom. Ini adalah sesuatu yang kita alami setiap hari, mulai dari belanja harian, berburu diskon, hingga menunda pembelian karena harga terlalu tinggi.
Kita sebagai konsumen selalu dipengaruhi oleh harga, baik disadari atau tidak. Di sisi lain, produsen dan penjual juga memahami hukum ini dan menggunakan berbagai strategi untuk memanfaatkan permintaan agar bisnis mereka tetap berjalan.
Jadi, setelah membaca ini, apakah kamu mulai melihat hukum permintaan di sekitarmu? Mulai sekarang, setiap kali kamu tergoda diskon atau menunda pembelian karena harga naik, ingatlah bahwa hukum permintaan sedang bekerja!
